Front bersenjata anti jepang
Kasus Pengeboman Mitsubishi Heavy Industries tahun 1974 adalah salah satu serangan terorisme paling terkenal dalam sejarah Jepang modern. Insiden ini terjadi pada 30 Agustus 1974 dan menandai puncak dari aksi kekerasan sayap kiri radikal yang terjadi pada era 1970-an di Jepang. Serangan ini dilakukan oleh kelompok Tentara Merah Jepang (Japanese Red Army/JRA), sebuah organisasi militan komunis yang terkenal karena berbagai aksi terorisme domestik dan internasional pada era tersebut.
Latar Belakang
Pada dekade 1970-an, Jepang sedang mengalami gelombang protes dari kelompok-kelompok radikal sayap kiri yang menentang kapitalisme, militerisme, serta keterlibatan Jepang dengan Barat, terutama Amerika Serikat. Kelompok-kelompok ini menentang keterlibatan perusahaan Jepang dalam pembangunan industri militer dan hubungan erat dengan perusahaan Barat.
Tentara Merah Jepang (JRA) adalah salah satu kelompok teroris sayap kiri yang paling terkenal pada masa itu. Kelompok ini didirikan oleh Fusako Shigenobu dan beberapa aktivis radikal lainnya dengan tujuan menyebarkan revolusi komunis di seluruh dunia. Mereka terkenal karena serangkaian serangan kekerasan, termasuk pembajakan pesawat, serangan bom, dan penyanderaan di berbagai negara.
Pengeboman Mitsubishi Heavy Industries
Mitsubishi Heavy Industries adalah salah satu perusahaan terbesar di Jepang, yang terlibat dalam berbagai sektor termasuk pembuatan kapal, pesawat, dan mesin industri berat. Perusahaan ini juga terlibat dalam produksi peralatan militer, yang menjadikannya target bagi kelompok radikal yang menentang militerisme dan hubungan bisnis Jepang dengan AS.
Pada 30 Agustus 1974, sekelompok anggota Tentara Merah Jepang menempatkan sebuah bom di depan kantor pusat Mitsubishi Heavy Industries di Tokyo. Bom tersebut meledak pada siang hari, menewaskan 8 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Banyak dari korban adalah pegawai kantor dan warga sipil yang berada di sekitar lokasi pada saat kejadian.
Serangan ini mengejutkan publik Jepang karena kekerasannya dan jumlah korban yang besar. Selain itu, Mitsubishi Heavy Industries adalah simbol dari kekuatan industri Jepang, sehingga serangan tersebut dianggap sebagai pukulan terhadap negara dan stabilitas sosial.
Motif dan Pelaku
Kelompok Tentara Merah Jepang mengklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk memprotes peran Mitsubishi Heavy Industries dalam mendukung militerisme Jepang dan Amerika Serikat, serta keterlibatannya dalam produksi senjata. Mereka menargetkan perusahaan ini karena dianggap sebagai simbol dari kapitalisme dan imperialisme yang mereka lawan.
Beberapa anggota Tentara Merah Jepang yang terlibat dalam serangan ini berhasil ditangkap oleh pihak berwenang Jepang. Namun, sejumlah pemimpin utama kelompok, termasuk Fusako Shigenobu, melarikan diri ke luar negeri dan terus melancarkan aksi terorisme internasional di negara-negara lain hingga akhirnya ditangkap bertahun-tahun kemudian.
Dampak Pengeboman
Serangan ini memiliki dampak besar terhadap kebijakan keamanan di Jepang. Setelah pengeboman Mitsubishi Heavy Industries, pemerintah Jepang mulai mengambil tindakan lebih tegas terhadap kelompok-kelompok radikal sayap kiri dan meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan teroris dalam negeri. Publik Jepang, yang sebelumnya tidak terlalu terpapar pada ancaman terorisme domestik, menjadi lebih waspada terhadap aksi kekerasan radikal.
Selain itu, serangan ini juga mempengaruhi citra internasional Jepang, terutama karena Tentara Merah Jepang juga terlibat dalam aksi terorisme di luar negeri. Jepang mulai bekerja sama lebih erat dengan negara-negara lain untuk menangani ancaman terorisme global yang terkait dengan kelompok-kelompok radikal ini.
Akhir dari Tentara Merah Jepang
Seiring berjalannya waktu, Tentara Merah Jepang kehilangan dukungan dan pengaruh, baik di dalam negeri maupun internasional. Pada awal 2000-an, banyak anggota kelompok ini yang ditangkap atau menyerah, termasuk pemimpin mereka Fusako Shigenobu, yang ditangkap di Osaka pada tahun 2000 setelah hidup dalam persembunyian selama beberapa dekade. Ia dihukum penjara karena keterlibatannya dalam aksi-aksi terorisme.
Meskipun Tentara Merah Jepang sudah tidak aktif lagi, serangan pengeboman Mitsubishi Heavy Industries tetap menjadi salah satu insiden terorisme paling tragis dalam sejarah Jepang, mengingat banyaknya korban jiwa dan dampaknya yang besar terhadap keamanan nasional.