Kisah Nyata Issei Sagawa: Si Kanibal Jepang yang Mengerikan

Foto: The Cannibal Guys
 

Kasus Issei Sagawa adalah salah satu kejahatan paling mengerikan yang melibatkan pembunuhan dan kanibalisme. Pada tahun 1981, Sagawa membunuh dan memakan seorang wanita Belanda bernama Renée Hartevelt di Paris, Prancis.

Latar Belakang


Issei Sagawa lahir pada tahun 1949 di Jepang dalam keluarga yang kaya dan terpandang. Dia dikenal memiliki fisik yang lemah dan kerdil, serta dilaporkan memiliki fantasi kanibalisme sejak usia muda. Sagawa kemudian melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, termasuk ke Paris, Prancis, tempat di mana kasus kriminal ini terjadi.

Kejadian Pembunuhan (1981)


Pada 11 Juni 1981, di Paris, Sagawa mengundang seorang wanita Belanda bernama Renée Hartevelt, yang merupakan teman sekelasnya di Universitas Sorbonne, ke apartemennya dengan alasan belajar bersama. Hartevelt adalah seorang mahasiswa berbakat dalam bidang sastra. Selama kunjungan itu, Sagawa menembak Hartevelt di bagian belakang leher dengan senapan kecil saat dia sedang membacakan puisi.

Kanibalisme


Setelah membunuh Hartevelt, Sagawa kemudian memutilasi tubuhnya dan mulai memakan bagian-bagian tertentu, seperti daging dari pantat, paha, dan payudara. Dia bahkan mengambil beberapa potongan daging untuk disimpan di dalam kulkasnya, yang dia konsumsi secara perlahan selama beberapa hari. Sagawa kemudian mengakui bahwa dia telah lama memiliki keinginan untuk memakan orang yang "indah dan sehat", seperti Renée Hartevelt, karena menurutnya dia merasa kecil, lemah, dan tidak berdaya.

Penangkapan


Dua hari setelah pembunuhan, Sagawa mencoba membuang sisa-sisa tubuh Renée Hartevelt di Bois de Boulogne, sebuah taman publik di Paris. Dia menaruh bagian tubuh dalam koper besar dan membawa koper tersebut dengan taksi. Namun, dia terlihat mencurigakan saat berusaha membuang koper itu. Polisi segera menangkapnya, dan setelah penyelidikan singkat, Sagawa mengakui kejahatannya.

Proses Hukum di Prancis


Issei Sagawa diadili di pengadilan Prancis, namun karena evaluasi psikiatrik menyatakan bahwa dia tidak waras secara mental, dia tidak dijatuhi hukuman penjara. Sagawa dimasukkan ke rumah sakit jiwa di Prancis. Setelah beberapa waktu, pemerintah Jepang mengintervensi dan memohon agar Sagawa dipulangkan ke Jepang untuk menjalani perawatan lebih lanjut.

Deportasi dan Kebebasan


Pada tahun 1984, Issei Sagawa dideportasi ke Jepang, namun ketika tiba di Jepang, para psikiater Jepang menyatakan bahwa Sagawa secara mental sehat dan bisa bertanggung jawab atas tindakannya. Karena tuduhan di Prancis sudah dibatalkan dan dokumen pengadilannya ditutup oleh otoritas Prancis, pemerintah Jepang tidak dapat menuntut Sagawa atas kejahatannya. Akibatnya, Sagawa dibebaskan dan hidup sebagai orang bebas.

Kehidupan Setelah Kasus


Setelah dibebaskan, Issei Sagawa menjadi figur publik di Jepang, meskipun dikenal karena kejahatan kanibalismenya. Dia menulis buku, membuat esai, dan bahkan tampil di acara televisi, mengisahkan tentang pengalaman dan kejahatannya. Dia mengeksploitasi ketenarannya, meskipun tindakan dan eksistensinya dikecam keras oleh banyak orang.

Reaksi Publik


Kasus ini mengejutkan dunia karena tidak hanya karena kekejaman kejahatannya, tetapi juga karena fakta bahwa Issei Sagawa tidak pernah dipenjara atau menerima hukuman atas tindakannya. Banyak orang merasa bahwa ini adalah kegagalan sistem hukum, baik di Prancis maupun di Jepang. Di sisi lain, Sagawa sendiri sering kali berbicara tentang keinginannya untuk mati atau dihukum atas perbuatannya, tetapi pada kenyataannya dia menjalani hidup yang bebas selama bertahun-tahun setelah kejahatan itu.

Konten Manga "Sagawa-san"


Manga ini menyoroti kejadian nyata terkait kehidupan Sagawa, khususnya pembunuhannya terhadap Renée Hartevelt dan tindakannya memakan bagian tubuh korban. Manga tersebut mengeksplorasi kepribadian Sagawa, latar belakangnya, dan keinginan gelap yang memotivasi kejahatannya. Sagawa digambarkan sebagai individu yang rapuh secara fisik dan mental, yang sejak kecil memiliki obsesi terhadap kanibalisme.

Manga ini memberikan sudut pandang tentang perjalanan psikologis Sagawa serta bagaimana dia menjalani hidupnya setelah kejahatan itu. Manga ini juga bisa mengangkat berbagai aspek dari sistem hukum yang gagal menghukum Sagawa, yang menyebabkan dia hidup bebas di Jepang setelah dideportasi dari Prancis.
LihatTutupKomentar