Gambar dari “A Drifting Life” oleh Yoshihiro Tatsumi
Gekiga adalah sebuah gaya seni dan narasi dalam manga yang muncul pada akhir 1950-an di Jepang, berfokus pada cerita-cerita yang lebih serius, realistis, dan dewasa. Istilah "gekiga" pertama kali diperkenalkan oleh Yoshihiro Tatsumi pada tahun 1957 sebagai alternatif dari manga konvensional yang lebih ringan dan humoris. Dalam bahasa Jepang, "gekiga" (劇画) secara harfiah berarti "gambar dramatis" atau "gambar teatrikal," mencerminkan niat untuk menghadirkan kisah-kisah yang lebih emosional dan mendalam daripada komik tradisional pada masa itu.
Cerita yang Serius dan Dewasa
Gekiga biasanya mengangkat tema-tema yang lebih gelap dan serius, seperti kehidupan sehari-hari yang penuh perjuangan, kejahatan, kemiskinan, eksistensialisme, kekerasan, dan kesulitan emosional. Gaya ini sering menyasar audiens yang lebih dewasa dibandingkan manga shonen atau shoujo yang ditujukan untuk anak-anak atau remaja.
Berbeda dengan gaya manga konvensional yang cenderung lebih kartunal atau ekspresif, gekiga cenderung menggambarkan karakter dan latar dengan lebih realistis dan detil. Ini mendukung nuansa dramatis yang lebih serius dari cerita yang disajikan.
Gekiga dikenal dengan penggunaan panel yang lebih sinematik, dengan perhatian besar pada pacing (tempo cerita) dan framing adegan. Ini membuat pembacaan gekiga terasa seperti menonton film, di mana setiap panel memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan narasi.
Banyak cerita dalam gekiga mengandung elemen kritik sosial, menggambarkan ketidakpuasan dengan kondisi ekonomi, politik, atau sosial pada masanya. Pada 1950-an hingga 1970-an, ketika gaya ini pertama kali populer, Jepang sedang mengalami perubahan sosial yang signifikan setelah Perang Dunia II. Beberapa karya gekiga menggambarkan frustrasi dan kesulitan yang dihadapi masyarakat Jepang pada era tersebut.
Sejarah dan Perkembangan Gekiga:
1950-an : Gekiga pertama kali muncul sebagai tanggapan terhadap pasar manga yang saat itu didominasi oleh cerita-cerita anak-anak. Yoshihiro Tatsumi, bersama beberapa artis lainnya, ingin membuat komik yang lebih "serius" dan merefleksikan kehidupan nyata, khususnya kehidupan masyarakat Jepang pasca-Perang Dunia II yang penuh dengan ketegangan sosial dan ekonomi.
1960-an hingga 1970-an : Gekiga mulai mendapatkan popularitas di kalangan pembaca dewasa. Banyak mangaka (pembuat manga) menggunakan gaya ini untuk mengeksplorasi isu-isu sosial yang tabu atau tidak biasa. Pada periode ini, penerbit seperti Garo muncul, yang menjadi rumah bagi banyak karya gekiga.
1980-an hingga Sekarang : Gekiga tetap menjadi subgenre penting dalam dunia manga, meskipun manga arus utama yang lebih berwarna dan ringan tetap mendominasi pasar. Mangaka terkenal seperti Osamu Tezuka (pencipta Astro Boy) juga pernah mencoba gaya ini dalam beberapa karyanya yang lebih dewasa, seperti Ode to Kirihito dan MW.
Pengaruh dalam Sejarah Manga
Gekiga memainkan peran penting dalam evolusi manga, terutama dengan membuka jalan bagi perkembangan manga dengan cerita-cerita dewasa dan eksplorasi genre yang lebih luas. Genre ini memberi pengaruh besar pada generasi berikutnya dari seniman manga yang membawa unsur-unsur serius dalam karyanya, termasuk karya seperti "Akira" oleh Katsuhiro Otomo atau "Nausicaä of the Valley of the Wind" oleh Hayao Miyazaki.
Beberapa mangaka (seniman manga) terkenal yang berkontribusi pada gaya gekiga termasuk Yoshihiro Tatsumi, Takao Saito (pencipta "Golgo 13"), dan Seiichi Hayashi. Gekiga juga memiliki pengaruh besar terhadap manga seinen, yang ditujukan untuk pembaca dewasa.